Menara
Miring Pisa (Bahasa Italia: Torre pendente di Pisa atau disingkat Torre di
Pisa), atau lebih dikenal dengan Menara Pisa, adalah sebuah campanile atau
menara lonceng katedral di kota Pisa, Italia. Menara Pisa sebenarnya dibuat
agar berdiri secara vertikal seperti menara lonceng pada umumnya, tetapi mulai
miring tak lama setelah pembangunannya dimulai pada Agustus 1173. Ia terletak
di belakang katedral dan merupakan bangunan ketiga Campo dei Miracoli (lapangan
pelangi) kota Pisa.
Ketinggian
menara ini adalah 55,86 m dari permukaan tanah terendah dan 56,70 m dari
permukaan tanah tertinggi. Kelebaran dinding di bawahnya mencapai 4,09 m dan di
puncak 2,48 m. Bobotnya diperkirakan mencapai 14.500 ton.[1] Menara Pisa memiliki
294 anak tangga. Dengan adanya menara ini, sektor pendapatan ekonomi jadi
bertambah karena adanya objek wisata. Menara Pisa juga diterima sebagai salah
satu Situs Warisan Dunia UNESCO.
sumber:
https://id.m.wikipedia.org
Menara
Pisa di Italia mulai dibangun sejak 1173 dan baru rampung pada 1372 setelah
melalui beberapa tahap konstruksi yang sempat berhenti beberapa kali. Menara
delapan tingkat tersebut memang telah miring sejak awal. Menara dengan tujuh
lonceng di lantai teratasnya itu mulai terlihat miring setelah tingkat
ketiganya rampung dibangun pada 1178. Bangunan itu miring karena sebagian tanah
pondasinya amblas. Karena miring, maka pembangunan menara itu sempat dihentikan
cukup lama. Meski miring, ternyata bangunan tiga tingkat tersebut tetap kokoh
berdiri sehingga hampir seabad kemudian, tepatnya pada 1272, pembangunan menara
itu mulai dilanjutkan.
Kelanjutan
pembangunan Menara Pisa itu tidaklah lancar, tapi sempat mandek juga pada
tingkat ketujuh. Pembangunan menara yang terdiri dari lantai dasar dan lantai
1-7 ini barulah selesai secara keseluruhan pada 1372.
Meski
Menara Pisa telah berdiri miring sejak lebih dari 800 tahun lalu, nyatanya
bangunan tersebut tetap kokoh sampai kini. Padahal, sejak 1280, sedikitnya ada
empat gempa bumi besar yang melanda kawasan Menara Pisa. Namun hingga kini,
menara setinggi 58 meter itu tetap kokoh berdiri dan bahkan tidak rusak. Maka
pertanyaan pun mencuat, mengapa menara itu tetap bisa bertahan meski wilayah
tempat ia berdiri pernah beberapa kali mengalami gempa besar?
Pertanyaan
yang telah muncul sejak berabad-abad lalu inilah yang kemudian membuat
sekelompok tim riset yang terdiri dari 16 insinyur terkemuka berusaha untuk
menyelidikinya. Dalam riset ini para peneliti mempelajari berbagai informasi
seismologi, geoteknik dan struktur yang tersedia terkait Menara Pisa.
Dari
hasil mempelajari berbagai aspek tersebut, mereka kemudian menyimpulkan bahwa
ketahanan menara itu terkait dengan fenomena yang dikenal sebagai interaksi
struktur tanah dinamis (dynamic soil-structure interaction/DSSI). Profesor
George Mylonakis, dari Departemen Teknik Sipil University of Bristol, Inggris,
yang bergabung dalam tim riset tersebut karena diundang oleh pemimpin tim riset
tersebut, yakni Profesor Camillo Nuti dari Roma Tre University, Italia,
menjelaskan bahwa ketahanan Menara Pisa disebabkan karena adanya kombinasi yang
unik antara ketinggian dan kekakuan menara tersebut dengan kelembekan tanah
pondasinya.
Ketinggian
dan kekakuan Menara Pisa yang besar dikombinasikan dengan kelembekan tanah
pondasinya menyebabkan karakteristik getaran struktur termodifikasi sedemikian
rupa sehingga menara tersebut tidak beresonansi dengan gerakan tanah ketika
gempa. Inilah yang menjadi kunci kekokohan Menara Pisa hingga saat ini.
Kombinasi unik dari kedua karakteristik itulah yang membuat menara lonceng
tersebut pantas memegang rekor dunia dalam efek DSSI.
"Tanah
yang sama yang menyebabkan ketidakstabilan yang miring dan membawa menara itu
ke ambang kejatuhan, dapat dikreditkan karena membantu merana itu bertahan dari
peristiwa-peristiwa seismik ini," ujar Mylonakis, dikutip dari laman
University of Bristol. Hasil riset Mylonakis bersama 15 insinyur lainnya itu
telah dipresentasikan di lokakarya internasional. Namun secara resmi hasil
riset ini baru akan diumumkan di European Conference on Earthquake Engineering
ke-16 yang bakal berlangsung di Thessaloniki, Yunani pada 18 hingga 21 Juni
2018. sumber:
https://kumparan.com/amp/@kumparansains
0 komentar:
Posting Komentar